You could put your verification ID in a comment Or, in its own meta tag Or, as one of your keywords Qudwah Community: Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup (2)

Selasa, 13 Maret 2012

Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup (2)


” Al-Qur’an Sebagai Pedoman Hidup “
Allah berfirman yang artinya:
“Dan Kami telah turunkan kepadamu Al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu Kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.” ( QS. al-Ma’idah: 48).

Syaikh As-Sa`di di dalam tafsirnya mengatakan:
“Untuk tiap-tiap umat di antara kamu Kami telah berikan” wahai segenap umat, “aturan dan jalan” yakni jalan dan sunnah.
Imam Ath-Thabari menafsirkan:

“Tiap-tiap umat di antara kamu Kami jadikan baginya syari`at (ajaran) yang mereka amalkan dan jalan yang jelas yang mereka lalui”.

Sekilas tentang tulisan ini …
Segala puji bagi Allah Rabb bagi semesta alam. Aku memohon semoga shalawat dan salam tetap Allah limpahkan kepada Rasul termulia,penghulu para nabi, yaitu Muhammad bin Abdillah,wa ba`du:
Sesungguhnya benak dan buah fikiran setiap muslim –yang mencintai kebaikan bagi dirinya dan bagi kaum muslimin- adalah bagaimana seharusnya ibadah-ibadah, mu’amalat, etika dan akhlaknya bersumber dan terpancar dari cahaya Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Shallallaahu ‘Alaihi wa Salam.

Dan hendaknya ia tidak berhenti pada batas membaca dan menghafal ayat-ayatnya saja, akan tetapi lebih dari itu, sampai pada perealisasian makna dan kandungan ayat-ayatnya ke dalam segala ucapan, perbuatan, prilaku dan mu’amalat dalam berbagai aspek medan kehidupan, di masjid, di rumah, di tempat kerja, di jalan raya, di sekolah, dan seterusnya.

Mudah-mudahan buku kecil yang sangat singkat ini dapat menjadi konstribusi dan pelajaran bagi penulisnya dan bagi siapa saja dari saudara-saudaranya yang seiman dan seagama yang membacanya, dan sebagai sarana introspeksi diri dan evaluasi terhadap kondisi masing-masing kita terhadap Kitabullah (Al-Qur’an) dan pengaruhnya di dalam realitas kehidupan-nya. Dan untuk selanjutnya kita dapat menghabiskan sisa umur kita untuk memperbaiki diri kita dan mene-rapkan akhlaq Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Shallallaahu ‘Alaihi wa Salam pada diri kita, yaitu sunnah Nabi Shallallaahu ‘Alaihi wa Salam yang akhlaknya adalah Al-Qur’an.
Dan hanya kepada Allah jualah penulis memohon untuk penulis dan segenap kaum muslimin agar dikaru-niai sikap istiqamah dan berpendirian teguh dalam beragama sampai ajal menjumpai kita, dan
semoga Dia mengaruniakan keikhlasan dalam perkataan dan perbu-atan kepada kita semua. Amin.
Kondisi Kita Saat Ini Terhadap Al-Qur’an:

Segala puji bagi Allah Rabb bagi sekalian alam; aku bersaksi bahwasanya tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya, Rabb bagi sekalian alam. Dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad adalah hamba dan pesuruh Allah, yang diutus dengan membawa Al-Qur’an yang nyata, Al-Qur’an pembeda antara petunjuk dan kese-satan, antara benar dan salah dan antara keraguan dan keyakinan.

Allah menurunkannya supaya kita membaca-nya dengan penuh penghayatan, merenungkannya dengan penuh hikmat, kita bahagia dengannya karena kita jadikan sebagai pelajaran, kita memperlakukannya sebaik mungkin, dan meyakini (kebenarannya) serta berusaha keras untuk menegakkan perintah-perintah dan larangan-larangannya.[1]
Sangat banyak sekali orang yang membaca Al-Qur’an, namun anda tidak menemukan pengaruhnya pada prilaku, akhlak dan pergaulan mereka. Bahkan sebaliknya anda temui sebagian mereka akhlaknya tidak terpuji, pergaulan dan mu`amalatnya kasar dan kaku, baik terhadap keluarga, tetangga ataupun terhadap orang lain. Padahal, demi Allah….. itu bukan akhlak dan prilaku yang patut dimiliki oleh seorang muslim yang suka membaca dan menghayati Kitab Suci Al-Qur’an? Lalu dimana pengaruh Al-Qur’an terhadap jiwa mereka??!

Sesungguhnya berbagai musibah, malapetaka, cobaan yang bertubi-tubi dan berbagai bencana (gempa bumi dan lainnya) yang terjadi di berbagai negeri kaum muslimin adalah sebenarnya akibat dari jauhnya mereka dari Kitab Tuhannya, tidak menjadikannya sebagai acuan di dalam menyelesaikan permasalahan dan tidak mengamalkan kandungannya. Padahal Al-Qur’an adalah kitab yang agung yang mendidik jiwa manusia, membentuk kepribadian bangsa, dan membangun kebu-dayaan.

Al-Qur’an merupakan cahaya yang diturunkan Allah supaya kita beriman dan meyakininya, mengambil pelajaran darinya dan agar kita mengamalkan petunjuk dan bimbingan yang terkandung di dalamnya, supaya kita keluar dari berbagai kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Jadi, kesalahan dan aib terdapat pada pandangan kita yang tidak dapat melihat cahaya itu, disebabkan mata dan hati kita tertutup rapat dari petunjuk Al-Qur’an, cahaya dan keutamaannya yang tersimpan di dalam Kitab Suci ini:

“Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petun-juk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan amal shalih bahwa bagi mereka ada pahala yang besar”. (Al-Isra’: 9 )

Ibnul Qayyim di dalam karyanya “Al-Fawa’id” berkata: “Setelah manusia (sebagian kaum muslimin. pent.) berpaling dan anti bertahkim (menjadikan sebagai undang-undang) kepada Kitab Suci Al-Qur’an dan Sunnah Nabi r dan berkeyakinan bahwa keduanya tidak cukup dan bahkan mereka lebih mengutamakan pendapat akal, analogi (qiyas), istihsan dan pendapat syaikh, maka hal itu menimbulkan kerusakan di dalam fitrah suci mereka, kegelapan di dalam hati mereka, kekeruhan di dalam pemahaman, dan kedunguan di dalam akal mereka, semua kondisi tersebut telah menyelimuti mereka sampai pada kondisi bahwa anak-anak dididik dalam keadaan dan kondisi seperti itu sedangkan orang-orang yang dewasa menjadi makin tua di atasnya.

Kondisi seperti itu tidak dianggap oleh mereka sebagai kemungkaran dan pada gilirannya datanglah kekuasaan berikutnya yang menjadikan bid`ah sebagai pengganti Sunnah, emosi sebagai pengganti akal, hawa nafsu sebagai pengganti petunjuk, kesesatan sebagai pengganti hidayah, kemunkaran sebagai pengganti yang ma`ruf, kebodohan sebagai pengganti ilmu, riya sebagai pengganti keikhlasan, kebatian sebagai pengganti yang haq, dusta sebagai pengganti kejujuran, berpura-pura sebagai pengganti nasihat dan kezhaliman sebagai pengganti keadilan. Maka yang dominan adalah perkara-perkara batil tersebut dan para pelakunya menjadi orang yang dihormati, padahal seb elumnya yang ditegakkan adalah sebaliknya dan para penegaknya mendapatkan acungan jempol dan pusat perhatian.[3]

Itulah potret kondisi umat manusia yang hidup dan disaksikan oleh Ibnul Qayyim pada paroh pertama dari abad kedelapan hijriyah. Lalu apa kiranya yang akan dikatakan oleh Ibnul Qayyim jika ia melihat pada kondisi kita sekarang?!  Sesungguhnya permasalahan sangat rumit dan memprihatinkan sekali, memerlukan langkah-langkah renungan terhadap etika, prilaku dan ibadah kita secara keseluruhan dan menimbangnya dengan neraca kitab Suci Al-Qur’an.

Dan setelah merenung dan memperhatikan tersebut, kita harus berintrospeksi diri (muhasabah) lalu memaksanya untuk tunduk dan patuh kepada Kitab Suci Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad . Untuk merealisasikan itu semua, kita harus mema-hami beberapa hikmah dari diturunkannya Al-Qur’an Suci, yang jika kita telah mengetahui dan menga-malkannya, maka urusan-urusan agama dan dunia kita niscaya menjadi baik.

Kita dapat menyimpulkan hikmah dan tuntutan Al-Qur’an tersebut menjadi lima,yaitu :
·         Membaca Al-Qur’an sebagaimana diturunkan.
·         Menghayati ayat-ayatnya.
·         Mengamalkannya.
·         Sabar dalam menjalankan segala perintahnya.
Berda`wah untuk menjadikannya sebagai aturan kehidupan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar