You could put your verification ID in a comment Or, in its own meta tag Or, as one of your keywords Qudwah Community: AL-QUR’AN ANTARA SAKRALITAS DAN RASIONALITAS.

Senin, 19 Maret 2012

AL-QUR’AN ANTARA SAKRALITAS DAN RASIONALITAS.


Pendahuluan.
Al-Qur’an sebagai kitab suci umat islam diakui sebagai kitab yang telah berhasil mengubah sejarah umat manusia. Hanya dalam hitungan kurang lebih 22 tahun, bangsa arab tampil sebagai kekuatan baru yang mampu merubah sejarah umat manusia. Kehebatan Al-Qur’an dalam merobah perilaku manusia telah diakui oleh masyarakat dunia. Pada saat ini kehebatan Al-Qur’an masih terus dikaji dan ternyata Al-Qur’an masih tetap mempesona bersamaan dengan bergulirnya waktu. Belum ada orang yang sanggup menemukan kelemahan Al-Qur’an. yang ada justeru kekuatan. Semakin dikaji lebih mendalam, Al-Qur’an selalu memberikan jawaban yang mengesankan bagi semua kalangan .

          Harus diakui bahwa Al-Qur’an adalah sebuah kitab suci yang bukan saja berfungsi sebagai hidayah atau petunjuk bagi umat manusia, tapi Al-Qur’an juga sebagai kitab mukjizat terbesar sepanjang sejarah umat manusia. Al-Qur’an akan terus menggelinding tidak tertahankan dan akan selalu berkata akulah “Al-Qur’an”.      


Dalam melihat kehebatan Al-Qur’an ini, masyarakat mempunyai pandangan yang berbeda beda. Ada yang melihat Al-Qur’an sebagai kitab suci yang sangat sakral dan memperlakukannya dengan perlakuan yang khusus dan ada pula yang sebaliknya yang memandang Al-Qur’an dengan biasa biasa saja, tidak ada bedanya dengan kitab kitab suci yang lain yaitu  berupa pesan pesan kebaikan terhadap manusia agar supaya merekaselamat di dunia sampai akhitrat. Dengan melihat keberhasilan Al-Qur’an merobah sejarah umat manusia, jelas Al-Qur’an mempunyai potensi rasionalitas yang besar. Tidak gampang bagi seorang seperti sahabat Umar bin Khaththab yang demikian cerdas untuk tunduk  begitu saja kepada ajaran Al-Qur’an  kecuali dalam diri Al-Qur’an mempunyai kekuatan kebenaran yang sanggup meluluhkan hatinya dan rasionya. Kalau bukan karena kekuatan kebenaran yang dibawa oleh Al-Qur’an, semestinya agama islam sudah ditinggalkan oleh pengikutnya dengan mundurnya umat islam. Keunikan Al-Qur’an adalah karena Al-Qur’an mempunyai dua kekuatan yaitu sakralitas dan rasionalitas.

Bukti Sakralitas Al-Qur’an.

          Diatas dijelaskan bahwa sebagian masyarakat ada yang melihat Al-Qur’an sebagai kitab yang penuh dengan sakralitas yang berlebihan. Di beberapa daerah di Indonesia, ada yang memperlakukan mushaf kuno dengan perlakuan yang istimewa. Mushaf kuno yang merupakan peninggalan nenek moyang mereka disimpan di satu tempat khusus. Tidak boleh di pertontonkan begitu saja kepada masyarakat kecuali jika telah diadakan selamatan terlebih dahulu, baik dengan membaca wiridan sebanyak bilangan tertentu atau bahkan dengan memotong  kerbau atau sejenisnya. Sikap yang demikian jelas terlalu berlebihan, sebab menjadikan Al-Qur’an tidak bisa tersentuh oleh masyarakat. Padahal Al-Qur’an adalah kitab petunjuk bagi seluruh umat manusia yang semestinya akrab dan menjadi teman sepanjang hayat, untuk seluruh kalangan. Namun demikian bukan berarti Al-Qur’an bisa diperlakukan seenaknya saja sebagaimana buku buku yang lain. Ada beberapa hal yang menunjukkan adanya sakralitas Al-Qur’an, namun dalam pengertian yang wajar dan tidak berlebihan.

          Bukti tentang sakralitas dan kesucian Al-Qur’an cukup banyak antara lain adalah sebagai berikut :
Pertama : Al-Qur’an sebagai Kalamullah.

          Keberadaan Al-Qur’an sebagai Kalamullah ditandaskan dalam salah satu Firman Allah :
( وان أحد من المشركين استجارك  فأجره حتى يسمع كلام الله )

Artinya : Jika ada salah seorang musyrik meminta perlindungan kepadamu, lindungilah dia sampai dia mendengarkan Kalamullah. (at-Taubah : 6)

          Kalamullah ialah perkataan Allah. Sifat Kalam sendiri adalah salah satu sifat yang melekat pada Zat  Allah, sebagaimana juga sifat Qudrat, Iradat, dan lain lainnya. Dengan demikian jika Allah adalah Zat Yang Maha Suci (Quddus), maka sifat yang melekat pada diriNya juga mempunyai sifat kesucian tersebut. Jika sifat sifat lain dari Allah bisa dirasakan melalui semua gerak hidup makhlukNya, maka Al-Qur’an sebagai sifat Kalam bisa kita rasakan melalui pembacaan terhadap teks teksnya yang sangat berbeda dengan teks teks lainnya. Dalam ayat lain disebutkan bahwa ayat ayat Al-Qur’an bisa menggugah pembacanya, hatinya bergetar  sebagaimana firman Allah :

( الله نزل أحسن الحديث كتابا متشابها ,  مثانى تقشعر منه جلود الذين يخشون ربهم ,  ثم تلين جلودهم وقلوبهم الى ذكر الله , ذلك هدى الله يهدى به من يشاء , ومن يضلل الله فما له من هاد )

Artinya : Allah telah menurunkan sebaik baiknya perkataan, (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat ayatnya) lagi berulang ulang, gemetar karenanya kulit orang orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka diwaktu mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah. Dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendakiNya. Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorangpun pemberi petunjuk baginya. (az-Zumar/39: 23). 

Kedua : Keberadaan Al-Qur’an di Lauh Mahfuzh.

          Sebelum Al-Qur’an diturunkan kepada Nabi Muhammad, Al-Qur’an telah ada di “Lauh Mahfuzh” yaitu sebuah “tempat/ wadah” yang didalamnya berisi segala sesuatu yang akan terjadi di dunia ini sampai di akhirat nanti. Dalam Al-Qur’an disebutkan :
( بل هو قرآن مجيد فى لوح محفوظ )

Artinya : Bahkan (yang didustakan itu ) ialah Al-Qur’an yang mulia. Yang (tersimpan) dalam (tempat) yang terjaga (Lauh Mahfuzh). (Al-Buruj/85:  21-22 ).

          Keberadaan Al-Qur’an dalam “Lauh Mahfuzh” jelas merupakan kehormatan yang tinggi dari Allah bagi KalamNya. Allah senantiasa      akan menjaganya agar jangan sampai diketahui dan di jamah oleh siapapun kecuali mereka yang diizinkan olehNya seperti para Malaikat. Dalam FirmanNya yang lain disebutkan :

( انه لقرآن كريم فى كتاب مكنون لا يمسه الا المطهرون , تنزيل من رب العالمين )

Artinya : dan (ini) Sesungguhnya Al-Qur’an yang sangat mulia. Dalam kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh). Tidak ada yang menyentuhnya selain hamba hamba yang disucikan. Diturunkan dari Tuhan semesta alam. (Al-Waqi’ah/56:77-79).

Ketiga : Menyentuh Mushaf harus berwudlu’.

          Berkaitan dengan poin diatas, ada ketentuan yang dijelaskan oleh para ulama fikih bahwa mereka yang menyentuh mushaf harus berwudlu. Mereka berdalil dengan hadis Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Thabrani dan Ibn Mardawaih dan lainnya :

( قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : لا يمس القرآن الا طاهر )

Nabi berkata : Tidak menyentuh Al-Qur’an kecuali orang yang suci. (Lih. Tafsir Ruh Al-Ma’ani : 14/155)
Alasan lain yang dikemukakan mereka adalah bahwa jika Al-Qur’an yang ada di Lauh Mahfuzh saja tidak disentuh kecuali oleh para Malaikat yang disucikan, maka Mushaf Al-Qur’an yang ada di bumi yang merupakan proto type dari Al-Qur’an yang diatas juga tidak disentuh kecuali oleh mereka yang bersuci. Pada dasarnya Al-Qur’an harus dihormati. Salah satu penghormatan terhada Al-Qur’an adalah tidak membuang kertas kertas yang ada tulisan Al-Qur’an secara sembarangan. Meletakkannya di tempat yang terhormat. Bersiwakan sebelum membaca. menghadap kiblat. Dan lain sebagainya. Adanya ketentuan ini yaitu berwudlu’ sebelum menyentuh mushaf merupakan penghormatan terhadap Al-Qur’an dan mengindikasikan akan kesucianya..

Keempat :  Larangan Membawa Mushaf ke Daerah Musuh.
          Dalam salah satu Hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, dan Abu Dawud dari Ibnu Umar Nabi Muhammad pernah melarang para sahabat membawa Mushaf Al-Qur’an ke negeri musuh. Ibnu Umar berkata :

(نهى أن يسافر بالقرآن الى أرض العدو )   

(Lihat. as-Sayuthi, Al-Jami’ al-Saghir 6/343)


 Hal itu di karenakan kekhwatiran Nabi bahwa Mushaf tersebut akan dilecehkan dan diperlakukan yang tidak senonoh oleh musuh, sebagaimana yang dinyatakan secara lebih tegas lagi  dalam riwayat Ibnu Majah. Dengan demikian jika tidak ada kekwatiran tersebut maka  hukumnya boleh membawa mushaf ke negeri musuh, sebagaimana pada saat sekarang. Bahkan justeru dengan banyaknya Mushaf yang tersebar ke seluruh dunia, memungkinkan Al-Qur’an bisa dipelajari oleh siapapun. Bahkan banyak  yang masuk islam karena mempelajari Al-Qur’an.  Adanya larangan Nabi sebagaimana diatas  menunjukkan bahwa Al-Qur’an semestinya diperlakukan dengan baik dan terhormat sesuai dengan kesuciannya.

Kelima: Al-Qur’an Bisa Menjadi Penawar Penyakit dan Penjaga diri.

          Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dan  Muslim dari Abu Sa’id Al-Khudry disebutkan bahwa ada sahabat Nabi  yang membacakan surah Al-Fatihah kepada salah seorang pemimpin suku  yang terkena sengatan Kalajengking. Ternyata orang tersebut bisa sembuh. Sewaktu hal tersebut dikabarkan kepada Nabi ternyata Nabi menyetujuinya dan malah meminta bagian dari hadiah yang diterima oleh para sahabt tersebut yang berupa kambing (Lih. Al-Qur'an-Syaukani, Tafsir Fathul Qadir 1/16.Dar Al-Fikr, Beirut).

          Pada Hadis lainnya Nabi menyetujui apa yang dikatakan oleh Setan kepada Abu Hurairah bahwa membaca Ayat Kursi sebelum tidur bisa menjaga diri kita dan harta kita (Lih. al- Syaukani, Fathul Qadir, 1/274). Begitu juga Nabi selalu membaca surah al-Ikhlas, al-Falaq dan an-Nas sebelum tidur, lalu menyemburkan nafasnya ke kedua telapak tangannya dan mengusap sekujur tubuhnya sampai tiga kali. Hal itu dilakukan untuk menjaga diri dari sihir dan semacamnya. (Lih. An-Nawawi, At-Tibyan, h. 138). Dalam menafsirkan ayat ke 82 surah Al-Isra’ yaitu :

( وننزل من القرآن ما هو شفاء للناس  ورحمة للمؤمنين )

Para ulama berbeda pendapat. Ada yang mengatakan bahwa “Syifa” maksudnya adalah penawar penyakit hati. Sementara yang lain berpendapat bahwa maksud “Syifa” disini adalah penyakit lahir melalui jampi jampi dengan Al-Qur’an. (Lih. Asy-Syaukani, tafsir Fathul Qadir, 3/253) . kedua duanya menurut pendapat penulis bisa dibenarkan. Pendapat pertama sudah tentu yang lebih dikedepankan. Pendapat kedua juga bisa dipakai sebagaimana penjelasan pada hadis hadis diatas.

          Nabi menghimbau agar rumah diramaikan oleh Al-Qur’an dan jangan menjadikan rumah seperti kuburan. Setan akan lari dari rumah yang dibacakan surah Al-Baqarah.  Sabda Nabi sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan lain lain dari Abu Hurairah:

( لا تجعلوا بيوتكم مقابر ان الشيطان ينفر من البيت الذى يقرأ فيه سورة البقرة ) رواه مسلم  والترمذى وأحمد عن أبى هريرة .

(Lih. Asy-Syaukani, Tafsir Fathul Qadir, 1/27)  Nabi juga menganjurkan membacakan surah Yasin dihadapan  orang yang akan meninggal. ( H.R. Abu Dawud, Lih. Tafsir Al-Khazin. 4/2).Tujuannya sudah tentu agar orang yang mau meninggal mendapat keberkahan dari surah tersebut dengan mendapat husnul khatimah. Adanya keberkahan adalah indikasi adanya sakralitas dan daya supra natural Al-Qur’an.

Keenam: Membacanya dapat Pahala.

          Salah satu indikator adanya sakralitas Al-Qur’an adalah barangsiapa yang membaca Al-Qur’an, dia akan mendapatkan pahala. Setiap huruf yang dia baca mempunyai satu kebaikan. Dan setiap kebaikan akan dilipatgandakan secara otomatis menjadi sepuluh kebaikan. Dalam sebuah hadis Nabi pernah berkata :

( من قرأ حرفا من كتاب الله فله  به حسنة  , والحسنة بعشر أمثالها , لا أقول الم حرف بل ألف حرف ولام  حرف وميم حرف ) رواه  الترمذى . 

Artinya : barang siapa membaca satu huruf dari Al-Qur’an, dia akan mendapatkan satu kebaikan. Setiap kebaikan dilipat gandakan sampai sepuluh kali. Aku tidak mengatakan bahwa Alif Lam Mim adalah satu huruf. Tapi alif adalah satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf. H.R Tirmidzi ,( Lih. An-Nawawi, At-Tibyan fi Adabi Hamalatil Qur’an, hal 14)

Ketujuh: Al-Qur’an Pemberi Syafaat pada hari Kiamat.

          Dalam sebuah hadis Nabi Muhammad pernah berkata :

اقرؤوا لأصحابه القرآن , فانه يأتى يوم القيامة شفيعا لأصحابه  ) رواه مسلم 

Artinya : Bacalah Al-Qur’an, karena sesungguhnya Al-Qur’an akan memberi syafaat bagi para pembaca setianya.( H.R. Muslim, lih. An-Nawawi, At-Tibyan, h 13).

          Dari hadis diatas kita bisa melihat betapa Al-Qur’an telah memberikan yang terbaik kepada para pembacanya yang setia bagi mereka  selalu berkhidmat terhadap Al-Qur’an. Bukan saja di dunia tapi sampai  di akhirat. Di akhirat Al-Qur’an masih terus memberikan syafaatnya. Hal ini menunjukkan bahwa Al-Qur’an bukan kitab biasa, tapi kitab yang mempunyai keistimewaan yang luar biasa.

          Dari pemaparan diatas, nyatalah bahwa Al-Qur’an mempunyai keistimewaan dan mempunyai nilai nilai kesucian yang tidak dipunyai oleh kitab kitab lainnya. Kesucian Al-Qur’an karena memang Al-Qur’an adalah Kalamullah yang inhern dengan ke Mahasucian  Allah itu sendiri. Jika ada ayat ayat Al-Qur’an yang mempunyai daya yang mampu menyembuhkan penyakit atau menjaga sesorang, karena memang ayat ayat tersebut identik dengan ke Mahakuasaan Allah yang Maha Perkasa dan Maha kuat. Jika demikian halnya maka Al-Qur’an harus dijaga kesuciannya dan kehormatannya.

Rasionalitas Al-Qur’an.

          Sebagaimana dijelaskan dimuka Al-Qur’an adalah kitab hidayah bagi  semua manusia. Agar paparan Al-Qur’an bisa diterima oleh semua kalangan, maka Al-Qur’an menggunakan alasan alasan yang rasional pada seluruh aspek ajarannya, baik yang terkait dengan akidah atau  syari’ah. Oleh karena itu tidak mengherankan jika dalam Al-Qur’an kita disuruh menggunakan akal, berfikir dan merenung seperti kata :  ( أفلا تعقلون ) ( يتفكرون ) (  أفلا يتدبرون ) ( أفلا ينظرون )  ( أولو الألباب )  ( أولى النهى )       . Dari ungkapan ungkapan yang bersifat menghimbau ini jelas bahwa Al-Qur’an mengajak pembacanya menggunakan rasionya dalam memahami kandungan Al-Qur’an.  Sebaliknya Al-Qur’an mengeritik dan bahkan mengecam mereka yang tidak mau merenungkan apa apa yang terkandung di dalamnya.

Bidang Akidah. 

          Dasar dasar akidah dalam Al-Qur’an dan begitu juga  kitab samawi  adalah tiga hal yaitu kepercayaan kepada ke Esaan Allah, adanya hari akhir dan kenabian. Kepercayaan kepada ke Esaan Allah adalah suatu yang sudah menjadi tugas para Nabi Nabi terdahulu, sebelum nabi Muhammad. Banyak ayat ayat yang menjelaskan tentang itu seperti ajakan nabi nabi  kepada kaumnya.

          Keberadaan Allah sendiri telah  dinyatakan  berulang kali dalam Al-Qur’an, begitu juga tentang ke EsaanNya dan sifat sifatNya yang agung. Salah satu ayat yang berbicara tentang keberadaan Allah adalah ayat berikut ini :

( أفرأيتم ما تمنون  ء أنتم تخلقونه أم نحن الخالقون , نحن قدرنا بينكم الموت وما نحن بمسبوقين ) ( الواقعة :58)

Ayat ini secara garis besar menegaskan bahwa Allah adalah pencipta. Manusia tidak bisa menciptakan dirinya sendiri. Allah jugalah  yang menentukan kematian manusia.

( أم خلقوا من غير شئ أم هم الخالقون ,  أم خلقوا السموات والأرش  بل لا يوقنون )  ( الطور : 36-35)

Ayat ini mempertanyakan kepada manusia, apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun, atau mereka yang menciptakan diri mereka sendiri. Apakah mereka juga yang menciptakan langit dan bumi ?  jawabannya jelas bahwa Allah lah yang menciptakan semua itu.

( لو كان فيهما آلهة الا الله لفسدتا ) ( الأنبياء 22)

Ayat ini mengajak pembacanya memikirkan bahwa jika di alam semesta ini ada beberapa Tuhan, maka pasti akan binasa. Sebab jika semuanya berkuasa, akan terjadi saling adu kekuatan. Yang satu membangun dan yang lain merusak. Jika hal itu terjadi maka alam semesta ini tidak akan bisa berjalan sebagaimana mestinya dan  akan rusak. Namun ternyata alam berjalan secara teratur dan lancar. Berarti ala mini ada yang mengatur , dan tidak ada gangguan dari pengatur lainnya. Yang mengatur itu harus sendirian.  Dan jika ada banyak tuhan dan semuanya saling bahu membahu dalam mengatur ala mini, maka berarti Tuhan tersebut tidak kuasa, karena masih membutuhkan yang lain. Alasan ini  rasional sekali. Sehingga memberikan inspirasi kepada para filosuf islam untuk mengembangkan teori ini lebih lanjut dalam kajian ilmu mantik.

          Keharusan menyembah hanya kepada Allah bukan kepada yang lainnya bisa dijelaskan melalui alasan alasan yang rasional yaitu bahwa kehidupan manusia sangat tergantung  dengan Allah. Oleh karena itu mereka yang menyekutukan Allah telah bertindak zalim. Diantara firman Allah tentang hal ini ialah :

( قل أندعو من دون الله ما لا ينفعنا ولايضرنا )( الأنعام : 71)

( قال أفتعبدون من دون الله ما لا ينفعكم شيئا ولا يضركم , أ ف لكم ولما تعبدون من دون الله , أفلا تعقلون ) الأنبياء : 67-66

Kedua ayat diatas  ini menjelaskan bahwa nabi Muhammad diminta mengatakan kepada kaumnya bahwa tidak sepantasnya seseorang menyembah sesuatu yang tidak mempunyai kontribusi apapun dalam kehidupan, baik kemanfaatan maupun menolak kemudaratan. Nabi Ibrahim juga mencerca mereka yang menyembah selain Allah. Karena selain Allah karena alsan diatas. Jadi sangat naïf sekali jika hal itu dilakukan oleh manusia.

          Dalam persoalan adanya hari akhir, Al-Qur’an memberikan kepada para pembacanya bahwa hari akhir adalah satu keniscayaan dengan alas an alasan sebagai berikut : jika tidak ada hari pembalasan berarti penciptaan manusia itu hanya main main belaka, sebab antara mereka yang berbuat baik dan buruk tidak ada bedanya. Toh semuanya berakhir dengan kematian. Dari sinilah seorang penyair berkata :

            فلو  أنا اذا متنا    تركنا          لكان الموت راحة كل حى
           ولكننا اذا  تركنا  بعثنا             ونسأل بعدها  عن كل شئ

Artinya : Jika kami setelah mati kami ditinggalkan begitu saja, maka kematian adalah peristirahatan bagi setiap makhluk hidup. Namun setelah mati kami akan dibangkitkan kembali. Dan kami semua akan ditanya tentang segala sesuatu. (Lih. Al-Maraghi, Tafsir:      ).

          Untuk membuktikan adanya  kebangkitan manusia di hari kiamat, Al-Qur’an memberikan ilustrasi tentang adanya kebangkitan di dunia ini baik pada tumbuhnya tetumbuhan pada bumi yang tadinya kelihatan kering kerontang (al-Hajj:5), lalu hidup kembalinya empat burung yang  bisa hidup kembali setelah keempat burung tersebut di potong potong oleh nabi Ibrahim (al-Baqarah:260), kemudian kisah seorang yang hidup kembali setelah dimatikan oleh Allah selama seratus tahun (al-Baqarah:259) , lalu kisah bangkit kembalinya kaumbani Israel yang mati karena disambar halilintar (Al-Baqarah:55). Dan lain sebagainya.

          Berkaitan dengan diutusnya utusan utusan Allah, Al-Qur’an memberikan alasan  dalam firmanNya:

( لقد من الله على المؤمنين اذ بعث فيهم رسولا منهم يتلو  عليهم آياتنا ويزكيهم ويعلمهم الكتاب والحكمة وان كانوا من قبل لفى ضلال مبين )
(لئلا  يكون للناس على الله حجة بعد الرسل )

Dari ayat pertama diambil pengertian bahwa para rasul Allah diutus untuk membacakan ayat ayatNya kepada kaum mukminin, membersihkan mereka dari segala kekotoran, kemusyrikan, dosa dosa dan  mengajarkan kepada mereka Al-Qur’an, hikmah (sunnah nabi). Sementara mereka sebelum itu adalah berada di jalan yang sesat. Pada ayat kedua Allah menjelaskan bahwa diutusnya para rasul agar tidak ada klaim dari manusia pada saat mereka di hari akhir bahwa mereka tidak dikirimi para utusan Allah yang menyampaikan pesan pesanNya.

Dalam persoalan Qadla’ dan Qadar, Al-Qur’an menjelaskan bahwa adanya ketentuan ini agar manusia tidak berputus asa terhadap apa yang mereka tidak dapatkan dan tidak begitu bergembira terhadap apa yang mereka dapatkan, sesuai dengan firmanNya (al-Hadid 22-23 ):

( ما أصاب من مصيبة فى الأرض ولا فى أنفسكم الا فى كتاب من قبل أن نترأها ,  ان ذلك على الله يسير ,  لكيلا تأسوا على ما فاتكم ولا تفرحوا بما آتاكم  , ان الله لا يحب من كان مختالا فخورا )


B. Syari’at.
        
Dalam persoalan syariat, Al-Qur’an memberikan banyak alasan kenapa sesuatu kebijakan Allah diberlakukan. Sebagai contoh adalah sebagai berikut :

1.kewajiban salat adalah agar supaya manusia selalu ingat kepada Allah. Dan jika hal itu betul betul dihayati akan bisa mecegah pelakunya dari mengerjakan pekerjaan yang keji dan mungkar, sebagaimana firmanNya :

وأقم الصلاة لذكرى
ان الصلاة تنهىعن الفحشاء  والمنكر

2.Pada persoalan tayamum dan bersuci. Al-Qur’an memberikan penjelasan bahwa hal tersebut diberlakukan agar kaum mukminin tidak merasa berat dan agar Allah membersihkan mereka dan menyempurnakan nikmat nikmatNya kepada mereka, sebagaimana dalam firmanNya dalam surah al-Maidah:6 : 

( ما يريد الله ليجعل عليكم من حرج ولكن يريد ليطهركم وليتم نعمته عليكم لعلكم  تشكرون )

3.Pembagian harta kekayaan kepada fakir miskin adalah agar supaya kekayaan tidak bergulir diantara orang orang kaya saja sebagaimana dirmanNya :

( لكيلا يكون دولة بين الأغنياء منكم )

4.Kewajiban puasa adalah dalam rangka menciptakan pribadi yang bertakwa. Dengan puasa manusia akan mengetahui hakikat dirinya sendiri bahwa ada Zat yang selalu menyertai sesorang baik dikala sendirian maupun bersama orang banyak. Firman Allah dalam hal ini :

( ياأيا الذين آمنوا كتب عليكم الصيام  كما كتب علىالذين من قبلكم لعلكم تتقون )

5.kewajiban haji adalah agar manusia bisa melihat sendiri hal hal yang bisa bermanfaat dalam kehidupan mereka. Baik duniawi maupun ukhrawi, seperti solidaritas kaum muslimin, melihat peninggalan sejarah masa lalu, saling kenal mengenal sesama kaum muslimin baik  dalamnegeri maupun luar negeri, dan lain sebagainya. Firman Allah dalam hal ini adalah :

( وأذن فى الناس  بالحج يأتوك رجالا وعلى كل ضامر يأتين من كل فج عميق  ,  ليشهدوا منافع لهم ويذكروا اسم الله فى أيام معلومات على ما رزقهم من بهيمة الأنعام ,  فكلوا منها  وأطعموا البائس  الفقير )

6. Dalam bidang mu’amalah secara keseluruhan, intinya Al-Qur’an mencegah perlakuan zalim dari sebagian manusia kepada manusia yang lain, tidak boleh merugikan orang lain dalam bentuk apapun, dan hendaknya keadilan adalah merupakan visi  yang paling utama dalam setiap keputusan hukum. sebagaimana firman Allah dibawah ini :

( لا تظلمون ولا تظلمون )  ( البقرة  : 279
( ولايضار كاتب ولا شهيد ) ( البقرة : 280)
( لا تضار والدة بولدها ولا مولود له بولده ) ( البقرة : 233)
( ولا يجرمنكم شنآن قوم على ألا تعدلوا  اعدلوا هو أقرب للتقوى ) ( المائدة : 8)

7.Dalam hal hukum pidana Al-Qur’an menjelaskan bahwa adanya hukum qisas (membunuh pembunuh) adalah dalam rangka menyedikitkan angka kematian sesuai dengan firmanNya (al-Baqarah :179)

( ولكم فى القصاص  حياة )

dan pembalasan terhadap tersalah harus sepadan, tidak boleh melebihi batas, akan lebih bagus lagi jika mau memaafkan kepada tersalah,  sebagaimana dalam firman Allah (an-Nahl: 126) :

( وان عاقبتم  فعاقبوا بمثل ما عوقبتم به , ولئن صبرتم لهو خير للصابرين )

Adanya hukum potong tangan adalah dalam sebagai hukuman dari Allah   kepada pencuri, baik lelaki maupun perempuan sebagaimana dalam firmanNya  (al-Maidah:38):

( والسارق والسارقة فاقطعوا أيديهما جزاء بما كسبا  نكالا من الله , والله عزيز حكيم )

Selanjutnya Al-Qur’an menjelaskan bahwa dalam pelaksanaan hukuman tidak boleh ada nepotisme, tapi semua pihak harus diletakkan pada posisi yang sama, walaupun pihak yang tersalah itu adalah keluarga sendiri sebagaimana dalam firman Allah  ( an-Nisa’:135)

8. Dalam hubungan antar manusia, Al-Qur’an menjelaskan bahwa seluruh komunitas manusia dari ras apapun, dari agama apapun  adalah merupakan hamba Allah yang harus dihormati. Adanya puak puak dan kabilah adalah agar saling mengenal diantara mereka, sebagaimana dalam firmanNya ( al-Hujurat:13):

( يا أيها الناس انا خلقناكم من ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وقبائل لتعارفوا )

Hubungan antar anak dan bapak tetaplah harus dikukuhkan dan diperkuat tanpa memandang agama masing masing. Keduanya mempunyai hubungan biologis, sebagaimana dalam firman Allah (Luqman/31: 15):

( وان جاهداك على أن تشرك بى ما ليس لك به علم فلا تطعهما  , وصاحبهما معروفا )

          Masih banyak lagi contoh contoh lain dimana Al-Qur’an memberikan penjelasan tentang penyebab dan latar belakang diberlakukannya satu hokum seperti pengharaman minuman keras, judi, perzinaan, riba, pengharaman memakan bangkai dan lain sebagainya. Dari pemaparan diatas nyatalah bahwa Al-Qur’an membawa pesan pesan moralitas baik yang bersifat pribadi maupun kemasyarakatan, baik akidah maupun syari’at. Semuanya dikemukakan dengan alasan alasan yang rasional dan bisa diterima oleh seluruh kalangan dan mereka yang mempunyai pikiran jernih. Jika pada akhirnya ide ide Al-Qur’an bisa diterima oleh masyarakat luas dan banyak orang yang masuk islam,itu karena Al-Qur’an adalah Kalamullah yang sangat tahu tenang seluk beluk jiwa manusia. Jika saja ide ide Al-Qur’an ini tidak rasionalitas maka sudah tentu banyak yang menolaknya dan Al-Qur’an pada akhirnya menjadi kitab kuno yang teronggok lesu di pojokpojok perpustakaan.

Antara Ta’abbudi dan Ta’aqquli.

          Disamping Al-Qur’an selalu mengemukakan rasionalitas, Al-Qur’an juga mengemukakan hal hal yang melulu hanya kepatuhan kepada Allah saja. Sangat sulit bagi manusia untuk menemukan benang merah menuju rasionalitas. Seperti jumlah salat yang lima waktu. Jarak berpuasa dari pagi hingga petang. Thawaf mengelilingi  Ka’bah dan Sa’I antara bukit Shafa dan Marwah dalam pelaksanaan ibadah Haji dan Umrah dan lain sebagainya. Hal hal tersebut jelas masuk wilayah ta’abbudi, dimana manusia hanya bersifat pasrah saja terhadap ritual peribadatan ini. Namun banyak keputusan hukum yang menuntut manusia merenungkan tentang maksud dan tujuan dari keputusan hukum tersebut. Contohnya adalah ketentuan kedua  orang saksi dalam transaksi perdagangan, apakah harus lelaki atau bisa juga perempuan ? atau apakah kepemimpinan suami dalam rumah tangga adalah bersifat mutlak atau ada ketentuannya ? pembagianharta warisan yang membedakan antara anak lelaki dan perempuan, apakah bersifat mutlak atau bisa di kompromikan ?  lalu beberapa hokum pidana dalam islam, apakah masuk dalam kelompok ta’abbudi atau ta’aqquli ? dan masih banyak lagi pertanyaan yang berkaitan dengan persoalan ini. Tidak gampang memang memilah milah mana yang ta’abbudi dan mana yang ta’aqquli secara ketat. Ada hal hal yang tadinya dinyatakan sebagai ta’abbudi, tapi masih dimungkinkan dimasukkannnya kedalam ta’aqquli. Pengkaji tafsir Al-Qur’an dituntut untuk selalu mencari titik temu antara hidayah Al-Qur’an dengan kondisi masyarakat dewasa ini.
Penutup.

            Dari pemaparan diatas nyatalah bagi kita bahwa Al-Qur’an adalah kiab yang sangat unik. Dari satu sisi Al-Qur’an bisa bermanfaat dalam persoalan yang non rasionalis. Tapi pada sisi lain Al-Qur’an adalah kitab yang sangat rasional. Keunikan Al-Qur’an yang lain adalah Al-Qur’an menggunakan term ekonomi dalam hal hal yang bersifat akidah. Padahal keduanya “kelihatan” bertentangan. Yang satu bersifat transenden dan yang satunya bersifat “material. Dari sinilah banyak kalangan tergugah dengan pernyataan Al-Qur’an, sehingga mereka terus mengadakan kajian terhadap Al-Qur’an dalam seluruh aspek kehidupan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar